Jumat, 19 Oktober 2012


Awas, Penjahat Seksual Mengincar Anak Lewat FB

Kaum muda, pengguna terbanyak facebook (GATRAnews/ Erry Sudiyanto)
Jakarta, Gatranews - Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Itulah yang dialami seorang bocah berinial ASS. Siswi SMP Budi Utomo, Depok, berusia 14 tahun itu menjadi korban penculikan dan perkosaan lewat jejaring sosial Facebook (FB). Sialnya, alih-alih membantu pendampingan proses hukum, pihak sekolah malah mengusirnya dari kelas.
Tragedi pengusiran gadis cilik itu terjadi pada Senin (8/10/2012) lalu. Pagi itu, ia kembali ke sekolah dengan kepala tertunduk menahan malu. Maklum, sudah dua minggu ia absen karena diculik dan diperkosa oleh pemuda bejat, temannya di FB.
ASS pergi ke sekolah diantar sang ibu. Seperti biasa, tiap Senin, upacara bendera dilaksanakan di halaman sekolah SMP Budi Utomo. Ia pun bergabung dengan teman-temannya yang lain, berdiri di barisan tengah peserta upacara.
Awalnya semua berlangsung seperti biasa. Hingga giliran Ketua Yayasan Budi Utomo, Renata, yang jadi inspektur upacara memberikan sambutan. Ibu ketua yayasan itu bilang, ia tidak mau ada murid yang merusak nama baik sekolah tetap jadi siswa di sekolahnya. Semua mata pun melihat ke arah ASS. “Saya malu sekali,” ujar ASS saat ditemui beberapa media, Selasa (9/102012).
Giliran masuk kelas, ia lalu 'diusir' oleh guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). “Saya kaget diusir dari kelas. Saya tidak percaya dikeluarkan dari sekolah,” kata dia.
Bersama ibunya, ia pun menemui guru dan ketua yayasan untuk minta penjelasan. Namun tak ada yang menemuinya. Keduanya lantas pulang dengan perasaan terluka.
Insiden pengusiran AAS menjadi perhatian banyak pihak. Keesokan harinya digelar pertemuan antara anggota DPRD Kota Depok, Dinas Pendidikan Kota Depok, pihak sekolah, korban, dan keluarga korban. Pertemuan yang digelar mulai pukul 09.00 WIB itu berlangsung tertutup.
Usai pertemuan, pihak sekolah membantah telah mengusir AAS. “Mungkin AAS dan ibunya salah persepsi. Yang jelas, kami dari pihak sekolah tak pernah mengeluarkan siswa tanpa surat dan pernyataan resmi,” kata Ketua Yayasan Budi Utomo, yang juga kepala sekolah, Renata, dalam keterangan pers bersama usai pertemuan tiga pihak di kantor yayasan sekolah di Depok, Selasa (9/10/2012).
Apa pun dalih pihak sekolah, ASS merasa telah dipermalukan di depan teman-temannya. Meski akhirnya ia diperbolehkan sekolah lagi, namun rasa malu dan rendah diri terus menghinggapi gadis cilik itu. Bisa jadi, kini ASS merasa trauma dan menjauh dari pergaulan dengan teman sekolahnya.
Beban dari sekolah itu seakan memperparah trauma yang dialami ASS akibat menjadi korban penculikan dan pemerkosaan tiga pria bejat. Kisahnya yang tragis diawali perkenalan dengan seorang pria berinisal CP di situs jejaring sosial, Facebook. Satu bulan berhubungan di dunia maya, keduanya lalu sepakat bertemu.
Berikutnya, mereka sempat tidak berkomunikasi via FB selama beberapa bulan. Tetapi kemudian komunikasi kembali terjalin. Namun itulah awal petaka bagi ASS.
Awal September lalu, CP yang bekerja sebagai sopir tembak angkutan kota Depok-Parung itu berhasil membujuk ASS untuk bertemu di Parung, Bogor. Awalnya, ajakan itu ditolak oleh ASS. Tapi, pelaku mengiming-imingi korban dengan uang  jajan Rp300 ribu.
ASS pun masuk ke dalam jebakan. Ia kemudian disekap di empat lokasi berbeda selama beberapa hari. ASS mengaku hanya diberi makan sekali dalam sehari dan diperlakukan kasar. Parahnya, ia harus melayani nafsu bejat CP dan dua temannya. Bahkan ASS nyaris 'dijual' ke Batam.
Tetapi gadis kecil itu berhasil lolos dari sekapan pelaku dan ditolong oleh seorang perempuan paruh baya di kawasan Terminal Depok,  Minggu (30/10/2012) siang. 
ASS bukan satu-satunya korban via FB. Hingga September 2012, tercatat sudah 21 remaja putri yang menjadi korban eksploitasi oleh orang yang dikenalnya melalui jejaring sosial seperti Facebook. Satu di antaranya bahkan meninggal dunia.
“Ini sangat mengkhawatirkan. Ada yang diculik, dirampok, korban perdagangan manusia dan korban pelecehan seksual. Satu kasus ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa lagi,” kata Ketua Komnas Perlidungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait.
Karena itu, pengawasan orangtua untuk memantau pergaulan anak khususnya melalui media sosial di internet penting dilakukan. “Orangtua harus lebih intensif  memantau pertemanan, terlebih pergaulan di dunia maya yang dilakukan anaknya,” tambahnya.
Selain itu pengetahuan akan internet juga mutlak dipelajari orangtua. Karena itu, orangtua juga harus peka dan tidak gagap teknologi.
FB memang menjadi pisau bermata dua. Jika digunakan untuk hal-hal positip, FB bisa menjadi alat yang ampuh untuk menggali ilmu, bersosialisasi dan membuka jendela dunia via jalur maya. Tetapi FB juga bisa menjadi surga bagi predator 'pemangsa' anak-anak.
Situs jejaring sosial itu memang telah menghapus para pelanggar seks dari halaman situs mereka.  Namun, tak ada yang bisa menjamin, laman yang kini dimuati milyaran orang di seluruh dunia bersih dari para penjahat seksual. (HP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar